MISKIN. Cukup mudah menemukan contoh kata ini di Ibu Kota Jakarta. Di tengah megahnya kota berusia hampir setengah abad ini masih banyak mereka yang hidup tak beruntung. Mereka bertarung keras untuk hidup mencoba membalik nasib agar tidak terus-menerus sengsara.
Setiap tahun, jumlah kaum urban terus bertambah. Tempat asal yang tak menjanjikan membuat sebagian besar dari mereka percaya menetap dan hidup di Ibu Kota adalah jalan keluar. Luar biasanya sebagian besar dari mereka sangat yakin di wilayah mana pun di Jakarta dapat untuk ditinggali.
Salah satu tempat untuk tinggal adalah areal pemakaman seperti TPU Kebon Nanas. Pendatang harus menutup rasa takut dari hal menyeramkan. Dan memang mereka tak cemas. Biasa-biasa saja seperti menetap bukan di pekuburan. Hampir 300 jiwa hidup di sini. Sebagian mereka bekerja serabutan.
Pemakaman etnis Tionghoa sedikit banyak memang menguntungkan sebagai tempat berlindung. Tak ada yang ingin hidup di tengah makam. Namun ini cerita klasik tentang keterpaksaan hidup di Metropolitan. dikampung tak ada kerjaan dan di Jakarta barang rongsokan bisa menjadi uang.
Beruntung, anak-anak mendapat perhatian khusus. Pendidikan mereka tak tertinggal karena ada yang peduli secara sukarela. Chizuyo Inoue, pecinta anak yang sekali sepekan datang untuk mengajar dan bermain bersama anak-anak.
language
Minggu, 14 Agustus 2011
Di balik indahnya indonesia ada "kemiskinan" ada apa??"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar